6 minutes
Idul Fitri
Welp, here we go again…
Ternyata di tahun ini pun tetep rasa sakit ini terus muncul. Padahal gak ada ngundang juga, tapi tetep aja ngikutin. Ekspektasi di tahun ini bisa setidaknya mengurangi rasa sakit, tapi ternyata malah menambah. Mengapa bisa begitu? Heh, karena hal sepele membalas pesannya. Saat itu aku sedang lari pagi di bajrasandi seperti biasanya, sendirian… Saat sudah selesai dan sedang melakukan pendinginan tiba-tiba jam bergetar dan ternyata dia chat via dm instagram pake akun secondary-nya. Aku abaikan sebentar karena aku yakin pasti intinya dia ingin meminta bantuan. Karena memang akhir-akhir ini dia selalu chat yang tujuan untuk minta bantuan saja. Kulanjutkan untuk melakukan sit-up dan beberapa gerakan kaki sebagai pendinginan, setelah itu baru aku buka pesannya. Isi pesannya itu dia nanya, mengapa laptopnya tidak dapat membuka google di browser laptopnya. Dia juga mengirimkan foto browsernya yang gagal memuat halaman google. Kulihat dengan seksama foto itu dan terlihat pesan errornya itu karena ada masalah dengan SSL-nya. Dari pengalamanku sebelumnya, biasanya jika SSL bermasalah pada web perusahaan besar seperti google salah satunya itu karena waktu di sistem operasinya tidak cocok dengan waktu aslinya. Karena SSL itu memilki masa kaldaluarsa dan karena tanggal pada laptop tidak sama dengan tanggal SSL membuatnya tidak valid dan akhirnya user tidak dapat mengakses web tersebut. Nah itu sedikit penjelasan mengapa dia tidak dapat mengakses google dari browsernya. Kemudian aku memberi tau alasannya ke dia beserta solusinya dan dia mencobanya. Voila, memang benar itu biang keladinya. Dia berterima kasih dan berakhir lah percakapan itu. Tapi ternyata aku tidak mengizinkan hal tersebut haha. Akhirnya aku mengirimkan pesan balik ke dia dengan tujuan ingin silaturahmi dengan keluarganya di ubud. Aku mikir dia mungkin akan pulang ke kampungnya saat libur lebaran makanya aku ingin ke sana sebelum libur cuti lebaran mulai dan mengapa di ubud, karena aku gak ingin ke rumahnya di denpasar dan bertemu dengannya, kurasa bakal sulit buatku kalo aku harus bertemu dia lagi. Tapi ternyata keluarganya sudah pergi ke denpasar duluan dan tidak ada di ubud. Dan aku akhirnya membalas pesannya dengan bilang bahwa aku gak jadi ke sana. Kemudian dia membalas “main aja ke denpasar pas lebarannya”. Well aku mempertimbangkannya daripada tidak sama sekali bertemu keluarganya.
The beginning of the hurt
Keesokan harinya dia membalas bahwa sempat membaca dengan seksama catatan yang aku ketik buatnya. Isinya itu adalah bacotanku dan unek-unekku saat ini. Aku sampein semua apa yang kurasakan di surat itu. Well aku awalnya biasa saja, aku berpikir toh dia gak akan membalas atau cuma respon singkat seperti tidak peduli atau semacamnya, sampai aku berpikir buat apa ngetik panjang begini. Tapi ternyata tidak seperti itu, dia merespon dengan chat yang sangat panjang. Aku pun kaget, tidak biasanya dia chat panjang begitu. Dia chat saat itu di pagi hari dan kondisiku saat itu sedang bekerja, lumayan agak krodit jadi tidak bisa melihat pesannya saat itu. Lalu aku memutuskan untuk menunggu hingga pulang kantor supaya bisa fokus dengan urusan kantor, karena aku punya firasat kemungkinan aku tidak dapat menahan emosiku, bisa saja aku super saadd, marah, atau mungkin bahagia? (meh, kalo yang akhir itu kayanya gak mungkin haha). Dan akhirnya saat sudah pulang dari kantor, aku bergegas untuk berberes dan membersihkan rumah sebelum membaca chat pesannya. Aku menyiapkan minuman dan snack untuk menemaniku membaca.
I thought it would be different, but…
Duduk lah aku di kursi kerja hangat ku di kamar, sembari meneguk minuman bening yang sehat (air putih) kubuka chatnya dari komputerku. Dan apakah isi chatnya? apakah sebuah hadiah berupa kata-kata mutiara yang sangat berharga? atau sebaliknya yaitu kata-kata hewan/binatang dari A sampai Z? Well ternyata dia curhat soal kisahnya ketika dari awal dia berpacaran dengan mantan terindahnya saat SMK yang setelah itu dia sempat punya hubungan dengan beberapa orang termasuk aku dimana saat sedang menjalin hubungan dengan orang lain dia sangat komit cinta full dengan satu orang itu dan sebenernya saat itu dia cuma biasa saja dengan mantan SMK nya itu. Tapi ketika putus dia akan mengingatnya lagi, jadi fase ini terus berulang-ulang dan membuatnya sangat bingung. Hingga akhirnya dia cerita ke temannya seorang psikolog dan menanyakan beberapa hal ke dia sebagai validasi dan membuatnya sadar. Lalu dia menanyakan hal yg sama ke aku. Aku terdiam ketika melihat chatnya, banyak hal kurasakan dari rasa senang karena dia merasakan hal yang sama denganku, rasa sedih karena dia sampe merasa sakit bgitu beberapa bulan terakhir ini karena aku. Aku berpikir kalo aku masi berhubungan baik dengannya pasti dia gak akan sakit bgitu. Just add more reason why I’m not good for her. I will just made her sad more if I keep on her side… Aku meresponnya kalau aku juga merasakan hal yang sama dengannya dan berpikir seeprtinya ini adalah saatnya untuk move on dan bergerak maju, sampai akhirnya dia membalas chatku jika dia merasakan karma dariku. Aku tidak bgitu paham maksudnya apa, jadi aku tanya ke dia dan dia membalas kalo apa yang aku lakukannya ke dia misal dia menolak ajakkanku keluar tanggal 14 februari, itu terjadi kepadanya saat mau mengajak mantannya dikemudian hari. Dan karena hal itu dia mau mencoba untuk BERSIKAP BAIK kepadaku supaya MANTANNYA BISA BERSIKAP BAIK JUGA dengan-nya. Di sanalah aku langsung merasa njleb. Sungguh, aku gak salah liat kan? diriku berkata seperti itu dalam hati. Aku mencoba memahami nya berkali-kali, atau aku yang salah liat ya. Dan itu memang beneran apa yang dia tulis kepadaku. Dari sana lah aku mulai tidak ada gairah lagi, buat membalas pesannya, buat ngerjain kerjaanku, buat gosok gigi, dan banyak lainnya. Aku gak nyangka lagi dia bakal bilang bgitu. Banyak hal yg kupirkan malam itu, dari berpikiran jadi dia melakukan hal-hal kemarin itu ke aku karena ada alasannya ya. Dia ngucapin aku ulang tahun kemarin juga karena itu ya alasannya? Dia mau chat denganku juga karena itu ya? Dia mau nyimpen kontakku juga karena alasan itu? Lalu dia chat panjang lebar seperti ini cerita dan memberikan saran juga alasannya karena berharap agar perbuatannya dapat karma yang serupa dengan mantannya? Bukan karena memang dia mau bersikap baik kepadaku? Haha… Akhirnya malam itu aku megadang dan tidak bisa tidur, aku mencoba untuk main game agar bisa mengalihkan pikiranku, berharap rasa sakit ini setidaknya bisa berkurang sedikit.
And then, I don’t feel anything
Kesokan harinya aku membalas pesannya, aku bilang itu bagus dan kubilang tidak usah untuk berusaha bersikap baik kepadaku. Karena dia sudah banyak berusaha dan pastinya lelah buat menghadapi orang sepertiku dari masa saat kita deket sampai jadian. Aku juga doakan yang terbaik buat hubungannya dengan mantannya. Setelah itu aku arsipkan chatnnya dan memutuskan pada diriku sendiri untuk berhenti melakukan hal bodoh ini. Mau berapa kali kamu akan mengulang hal yang sama? Sakit rasanya melihat chatnya itu, hal itu masih terngiang-ngiang di kepalaku bahkan sampai hari ini. Aku udah cape sekali begini, aku juga gak mau nanti akhirnya aku malah nyakitin dia lagi. Kita hanya bakal nyakiti satu sama lain ke depannya kalo begini terus, mau secara sadar atau tidak sadar. Semenjak aku melihat kata itu, sepertinya rasa interest ku dengannya lama-kelamaan pudar. Aku rasa diam akan lebih baik dari pada membalas pesannya lagi. Maybe this is good? But at what cost?